CEMMM UNGGG UDDHHH !!!


Rumahan, bukan berarti nggak berguna ya! Jangan pandang miring sama orang rumahan! Paling tidak, pandang mereka sama seperti apa yang kalian lakukan, sekalipun pada kenyataannya mereka memang ga berguna.Hehe, “kenyataannya”, saya beri tanda petik ya, maksudnya bukan kenyataan pada apa yang kalian lihat, melainkan pada apa yang mereka rasakan. So, begitulah kita seharusnya menghargai setiap eksistensi seorang manusia. Tercipta kerukunan, Insya Allah!


Pengalamanku sebagai orang rumahan. Gembira ria, iya. Bosen, iya. Semangat juga iya. Saya pribadi always berpikir postif, maksudnya, bisa gak bisa, mesti terus semangat. Makan, semangat. Tidur, semangat. Belajar, semangat. Liat TV, juga semangat. Lagi bosen, juga mesti semangat. Jadi semangat terus deh pokoknya, jadi pikiran negative bisa dialihkan. Tindakan menghukum diri juga terabaikan. Pokoknya semangat deh. Jadi, ga ada lagi pertanyaan bodoh semisal, KENAPA GUA NGANGGUR? KENAPA GUA GALAU? KENAPA GUA TIDUR MULU? Dijamin ga ada, ya kalo ada sih Cuma buat nyadarin elu, supaya SEMANGAAAAt!!!


Always semangat, apalagi kalo punya sahabat, bisa supa dupa semangaaaattt!!!
Gerakan semangat dari saya, SEMANGGGGGAAAAAAAATTTTT!!!!!!!!
Kalo gua udah gajadi anak rumahan, liat aja, Indonesia bakal lebih membahnnnaa!!
Inilah pemuda, Lihat aku dunia!! Anak rumahan yang semangat mencari KEBERANIAN, di rumah hehe!!
Sebagai modal untuk keluar dari rumah, For doin’ something useful!
Semangat mencari Kemuliaan, di rumah juga hehe!
Sebagai modal uuntuk membuka pintu rumah dengan sopan, untuk memandang luar rumah, dengan penuh etika. Semangaatttt!


Rumah adalah tempat untuk membentuk “modal” untuk menjadi jiwa yang lebih baik.
Buat kalian anak rumahan, SEJATINYA KALIAN SANGAT INGIN KELUAR RUMAH KAN? INGIN INGIN DAN INGIN SEKALI.
Saya punya hati, saya punya pikiran, sehingga saya dapat memutuskan saat yang tepat untuk KELUAR RUMAH. To get Glory! SEMANGAT YA!! Sekalipun kalian di dalam rumah!!!! Semangat, semangat dan semangat!!!

JANGAN DIBACA SERIUS!! Buat mengalihkan pikiran negative kita aja..
So, lebih baik kalo kita ga jadi anak rumahan sih!!! Tapi, YANG TAHU ELO ADALAH ELO SENDIRI! YAKIN AJA DEH POKOKNYA! SEMANGAAAAAATTHHH!!

Fans dan sang Idola


Bagi mereka yang mempunyai fans, mereka adalah orang yang beruntung. Di saat mereka jatuh,  fans setia akan tetap mendukungnya, terlebih lagi mereka akan mendoakannya. Para fans mungkin tidak pernah dikenal oleh sang idola, tapi ada doa tulus yang selalu menyertai langkah sang idola untuk tetap terus ‘diakui’. Tak peduli idola yang dipuja itu sudah terkenal atau belum. Tentunya para fans berharap bagi idola mereka yang terkenal agar tetap menjadi ‘inspirasi’ bagi mereka, dan bagi mereka yang mungkin masih muncul sebagai figuran atau new comer  tentunya para fans berharap agar sang calon idola yang telah menjadi idola di hati mereka lebih mampu untuk menginspirasi manusia dalam jumlah yang lebih banyak lagi, sehingga tak hanya mereka yang terinspirasi.

Aku sendiri bingung mengapa ada begitu banyak sosok yang  diidolakan, padahal kebanyakan dari manusia telah memiliki sosok yang juga menginspirasi ketimbang para figuran ataupun new comer,ataupun sosok-sosok yang lain, singkatnya mereka memilih satu sosok atau beberapa sosok daripada sosok-sosok lain yang juga menginpirasi. Apakah ini berkaitan dengan apa yang dinamakan subjektifitas? Jawabnnya, mungkin.

Manusia diciptakan beragam. Beragam, berarti tak sama. Beragam, berarti ada insting untuk mencari kesamaan (baca: persatuan). Hal tersebut dapat menjadi salah satu dasar adanya kumpulan fans untuk setiap sosok. Manusia diberi Tuhan masalah, dihikmahi pengalaman, dan diberkati perasaan. Dan kembali lagi, bahwa ketiga hal tersebut beragam. Hingga segala bentuk sistem alam dan buatan saling berkesinambungan antar sesamanya maupun antarkeduanya, seperti insting dan  sistem komunikasi misalnya, dapat melahirkan suatu ‘kasta’ modern pada salah satu sisi kehidupan layaknya,Waisya, Sudra, Ksatria,dan Brahmana , yakni fans dan sosok yang secara subjektif mampu menginspirasi para fans bejuluk idola. Sehingga diperlukan sosok-sosok beragam yang bisa mereka anggap sebagai sosok yang terbaik dari yang terbaik.  Hal yang perlu ditekankan, ini adalah kasta modern, yang seharusnya disikapi layaknya orang-orang yang berpemikiran modern, yakni berakal dan beradab, sehingga kasta modern seharusnya tak ada yang berbuat dzalim pada setiap kasta lain yang terbentuk.

Maka dari itu, kebanyakan dari idola, menjadikan para fans sebagai sahabat mereka. Semoga sang idola tetap selalu ramah dan bershabat, dan kalau bisa bersahabat dalam arti yang sebenarnya. Sebaliknya, para fans  tidak terlalu memaksakan sang idola, karena idola juga manusa, bukankah idolamu adalah sahabatmu, atau mungkin lebih tepatnya adalah sosok yang benar-benar kamu dambakan untuk menjadi benar-benar sahabatmu?

Ya, Aku Pria Normal


Ada saatnya seorang pria jomblo dan tanpa teman membutuhkan kasih sayang. Ada saatnya seorang pria jomblo dan tanpa teman tak mampu bersikap garang di mata orang lain. Saat itulah, saat di mana hanya Tuhan tempatnya bersandar. Tuhan, tak pernah mencelanya. Tuhan mampu menjadi tempatnya mengadu, menangis, dan meminta solusi. Pria jomblo dan tanpa teman itu adalah aku. Kamu? Entahlah. Jika, perasaan seperti ini tak hanya pria sepertiku saja yang merasakan, maka para pria yang lain pun merasakan. Namun jika hanya aku yang merasakan, ada satu pertanyaan dalam benakku, “Lalu, bagaimana normalnya pria jomblo tanpa teman  saat mereka menghadapi perasaan seperti itu?”.

Yang aku tahu, seorang pria itu cuek. Tidak mellow. Bahkan kebanyakan dari mereka ceria, atau minimal berekspresi datar lah (baca: cool). Itu yang aku tahu, itu yang aku lihat. Sedih? Nangis? Sampai sekarang pria yang pernah menangis dan sedih dan tak malu menunjukkannya di hadapanku hanya ayah, om, dan teman-teman kelas 3 sd ku yang mungkin saat ini mereka telah bersikap selayaknya pria bertopeng. Tunggu dulu, pria bertopeng versiku bukan seseorang yang jahat. Tetapi pria-pria ini, termasuk aku adalah pria yang mencoba bersikap profesional. Profesional akan nilai-nilai yang telah hidup sejak dulu. Nilai-nilai? Semoga! Semoga, sikap gagah, tangguh, dan menjadi pelindung hanyalah sebuah nilai luhur yang ditanamkan para gentlemen terdahulu kepada para pria saat ini, bukan “ancaman”, bukan “paksaan”, dan bukan “doktrin nista” yang nantinya hanya membuat kaum-kaum yang belum menghayati nilai luhur tersebut menjadi tersisihkan bahkan tersakiti.

Menurutku, nilai luhur adalah topeng baik yang digunakan manusia, dalam hal ini pria, untuk menunjukkan keluhuran. Sehingga, menjadi sah saja, ketika si empunya topeng berkeinginan untuk melepasnya, dan menjadi dirinya sendiri. Sekali lagi, manusia yang baik tak berlebihan memakai topengnya, karena saat manusia baik telah melepaskan topeng itu ada hati yang baik yang jauh lebih berharga dari sekedar topeng. Jadi, sesuatu yang normal, jika seorang pria jomblo dan tanpa teman hanya butuh Tuhan saat ia rindu kasih sayang cinta (ibu, ayah, saudara, teman, sahabat, pacar, ataupun kekasih).

Yang terakhir, Aku bersyukur terlahir normal. Aku bersyukur terlahir sebagai makhluk berakal dan berTuhan. Aku bersyukur detik ini masih memiliki Tuhan. Satu pintaku, kelak, jika aku telah memiliki objek-objek yang belum aku miliki saat ini, dan nantinya akan begitu aku cintai, aku tak lupa membagi kisah cintaku kepada Tuhan. Kisah cinta yang penuh senyuman maupun derasnya air mata.