Mentari Senja

Assalaamu'alaikum Wr Wb!

Tak sabar menanti cahaya mentari senja yang begitu indah. Tak hanya melihatnya, menjamahnya pun begitu diharapkan si kakek tua lumpuh.

Terinterpretasi segar dalam benak si kakek. Warna jingga itu menunjukkan kepolosan namun "Pasti keren!", gairah hidupnya pun seolah bangkit. "Mentari senja, tolong perhatikan aku, perhatikan kakek tua lumpuh ini."

setiap sore, kakek tua lumpuh itu membuka jendelanya, berharap mentari senja menghampirinya. Rumah itu, hanya bangunan pinggiran yang tertutup oleh tingginya gedung-gedung penting.

Setiap kali mentari senja itu nampak, hati kakek selalu bergemuruh, kakek ingin setampan mentari senja, ia berharap kelembutan yang berpadu dengan kedinginan mampu merasuki dirinya yang ringkih. Ia berharap bisa kembali muda, semuda mentari senja.

Pernah, jendela itu hampir saja ditutupnya, jendela yang tak pernah disentuh mentari senja itu nyaris tak bercelah. Hanya karena mentari senja menjadi panas menyengat, entah sebabnya apa kakek tak tahu menahu. Mentari senja tetaplah mentari senja, ia akan kembali kepada kelembutan dan kelembutan. Menyenangkan dan menyenangkan.

Entahlah, sampai kapankah kakek tua lumpuh itu bisa mengulurkan tangannya menyambut kelembutan, memandang secara langsung betapa mempesonanya mentari senja.

Hingga, sang mentari senja bersedia menawarkan dirinya sendiri untuk selalu ada untuk kakek tua, dan berjanji tak akan lagi menyengat membakar pandangan kakek tua lumpuh.

Wassalaamu'alaikum Wr Wb!

0 komentar:

Post a Comment